Silek Minangkabau atau (bahasa Indonesia: silat Minangkabau) adalah seni
beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau,
Sumatera
Barat, Indonesia
yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat
Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang
lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam
menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau,
misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai bekal untuk merantau,
silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Wilayah Minangkabau di
bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah
daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama Masehi,
oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak
pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan
menjadi dua yakni sebagai
- panjago diri (pembelaan diri dari serangan musuh), dan
- parik paga dalam nagari (sistem pertahanan negeri).
Untuk
dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki
sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari
ancaman musuh kapan saja. Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tapi
juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai (drama
Minangkabau).
Emral Djamal Dt Rajo Mudo (2007) pernah
menjelaskan bahwa pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari
nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di dalam masa damai
dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas
dan keras agar menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari
sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para tuo silek
(guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata
itu adalah:
- Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.
- Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.
Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang,
kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang,
sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek
(guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum
bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara
festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan
dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka
saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan.
Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling
menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara
akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam
praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa
bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka
hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek
(silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata
tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Jadi kata
pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau
itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana
serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat
dipahami karena Indonesia
telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan
kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah
pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat
itu berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang menganggap berasal
dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti
belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran
silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki
tangan kanan yang bertugas membantu beliau mengajari para pemula.
Orang
yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar
Pandeka ini pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh
ninik mamak dari nagari
yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah
Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto
Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun
2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai parik paga dalam nagari
(penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri
yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang,
H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh Niniak Mamak (Pemuka
Adat) Koto Tangah, Kota Padang[5].
Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya beliau menggiatkan kembali
aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang beliau adalah
pesilat juga pada masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan.
Sejarah
Kajian
sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang
guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti
tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma
mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong)
dari Limau Kapeh,
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek
dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan
berasal dari Lintau.
Ada lagi Tuo
Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliau
peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok.
Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda
Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah
daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah
daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat,
sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh
dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji
guru-guru mereka secara lengkap.
Jika
dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat
Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat
diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
- Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
- Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja,
- Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
- Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
- Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia).
Di
masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu
saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut
mewarnai silek itu sendiri.
Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan
Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut
persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim
memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya
mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas.
Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara
pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar
Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan
sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang)
dan bahkan sampai ke Madagaskar di masa lalu, bukan tidak mungkin silat
Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu,
dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu
ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri
Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena
jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya
yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan di masa itu. Perpaduan dan
pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini
terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja
diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan
bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.
Jadi
boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri
lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika
ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau
yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana
saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi
dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu
sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih
rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar
paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa
mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya.
Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu,
jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika
diuraikan akan menjadi selebar alam)
Penyebaran Silek
Sifat
perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang
tersebar ke mana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini
memiliki bekal beladiri yang cukup dan ke mana pun mereka pergi mereka juga
sering membuka sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan mengajarkan
penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya lebur dengan penduduk
sekitar karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka
berbaur dengan masyarakat di mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima
bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia
disauak (Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, di mana rantiang
dipatah di situ air disauk). Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk
menghargai budaya lokal dan membuka peluang silat Minangkabau di perantauan
mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan
terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah
tersebut. Silek Minangkabau juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang
yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu
menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat
Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang.
Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri
Silek
yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan Minangkabau) ada yang masih
mempertahankan format aslinya ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain
di kawasan Nusantara. Beberapa perguruan silat menyatukan unsur-unsur silat di
Nusantara dan Silek Minang masuk ke dalam jenis silat yang memengaruhi gerakan
silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah:
- Silek 21 Hari atau dikenal juga dengan nama Silek Pusako Minang : Silat ini berkembang di wilayah perbatasan antara Pasaman dan Provinsi Riau. Silat ini masih jarang diungkapkan di dalam kajian Silek Minangkabau jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat ini masih ada keturunan Pagaruyung Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di Provinsi Riau, seperti di Rokan Hulu (Kuntu Darussalam), Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang. Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia.
- Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut.
- Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Provinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
- Silek Minangkabau menyebar ke daerah Deli (sekitar Medan) di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara akibat migrasi penduduk Minangkabau di masa lalu. Saat sekarang tradisi silat itu masih ada.
- Perguruan Silat Setia Hati, adalah perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri dari perguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau di samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898. Beliau adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
- Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.
- Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di Indonesia ke dalam perguruannya.
- Silat Baginda di Sulawesi Utara adalah silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah meninggal dunia pada tahun 1888.
Penyebaran silek di luar negeri
- Singapura : Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau.
- Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya. Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau. Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama perguruannya
- Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390. Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam
- Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau. Ada dugaan bahwa Awang Alak Betatar, pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15) tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung
- Austria: Perguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar
- Spanyol: Perguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque
- Belanda:
- Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman,
- Satria Muda, dikembangkan oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid dari dari Guru W. Thomson,
- Paulu Sembilan, Silat dari Pauh Sembilan Kota Padang.
- Hongkong: Perguruannya bernama Black Triangle Silat dikembangkan Pendekar Scott McQuaid. Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di Ghana.
- Amerika Serikat:
- Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA,
- Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk,
- Perancis: Perguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar. Perguruan ini juga memiliki guru mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur (Sabandar, Cikalong dan Cikaret) dan Silat Garis Paksi.
- Ghana, Afrika: Perguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafi dengan permainan silat harimau.
Proses Berguru
Jika
seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya
diantar oleh teman, bapak atau mamak (saudara laki-laki dari ibu) kepada
seorang guru, jika di kalangan keluarga mereka tidak ada yang bisa bermain
silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada
waktu yang ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu.
Syarat-syarat berguru
Syarat-syarat
berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado
kutu (cabe rawit), garam, gula, jarum jahit, cermin, rokok, beras, uang,
dan baju silat satu stel (Endong sapatagak). Jumlah uang biasanya tidak ditentukan.
Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid. Biasanya
diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.
Beberapa
contoh dari arti syarat-syarat yang dibawa itu adalah
- kain putiah (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
- pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam pisau
- lado kutu (cawe rawit), garam dan gulo(gula) : ilmu silat ini memakai raso (rasa), karena semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tapi menggunakan raso (perasaan). Contoh, ahli masak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan, tapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada tingkat mahir.
- endong sapatagak (Baju Silat satu Stel) : Untuk mengajar silat kepada anak sasiannya (murid) seorang guru memerlukan pakaian silat yang bagus yang bisa dipakai selama melatih muridnya sampai tamat (Putuih Kaji), maka sudah sepatutnya dan sepantasnya bagi seorang murid untuk menyediakan seragam latihan bagi gurunya untuk melatih para muridnya,jangan sampai malah merepotkan guru yang akan menurunkan ilmunya kepada muridnya.
- bareh jo pitih (beras dan uang) : belajar silat akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Di samping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek (tempat berlatih silat dinamai sasaran ada juga yang menyebut laman ). Nilai uang dan beras tidak ditentukan jumlahnya. Namun setidaknya beras itu dibawa satu atau dua liter, sedangkah untuk uang, itu terpulang kepada kemampuan ekonomi si murid untuk mempertimbangkannya.
Proses Penerimaan Murid
Ada bermacam cara dalam menerima anak
sasian (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta
untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta
membawa seekor ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih
oleh guru dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran, dalam prosesi
pemotongan ayam ini seorang guru sudah bisa melihat dan membaca maksud dari
seorang murid dalam belajar silat baik dari segi niatnya, karakternya, minat,
bakat, dan kemauan dari seorang calon murid ini.
Ada beberapa pertanda yang dilihat guru
pada saat prosesi pemotongan ayam ini di antaranya:
- Setelah di sembelih ayam tersebut akan di lemparkan ke dalam sasaran,lama atau sebentarnya ayam tersebut meregang nyawa sampai mati, itu memperlihatkan sebuah pertanda minat,bakat dan kemauan dari sang calon murid untuk belajar silat.
- Dari posisi matinya ayam, seorang guru bisa membaca pertanda dari niat dan karakter seorang murid, posisi matinya ayam menghadap ke mana dan apakah posisi matinya di luar lingkaran atau di dalam lingkaran itu adalah sebuah pertanda yang bisa dibaca oleh seorang guru, dan juga apabila pada saat meregang nyawa ayam tersebut menerjang kearah sang guru, maka itu juga sebuah pertanda bagi sang guru tentang niat dan karakter calon murid tersebut, sehingga seorang guru silat sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi nanti dan seperti apa dan sampai sejauh mana pelajaran silat yang bisa diberikan sang guru kepada murid tersebut nantinya.
- Ayam tersebut kemudian dimasak, biasanya digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti latihan. Kemudian, pada saat makan bersama, sang guru akan mengupas kepala ayam tersebut untuk mengambil tulang rawan yang berada di bawah lidah atau rahang ayam tersebut, dari tulang rawan tersebut seorang guru juga bisa membaca sebuah pertanda tentang niat dan kemauan sang murid untuk belajar silat tersebut.
Biasanya
di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk
patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk
berbuat keonaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras sekali. Inilah potongan bunyi
sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek,
ditangah-tangah digiriak kumbang (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak
berurat dan di tengah-tengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah tidak
akan pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang
diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Ada juga prosesi dari perguruan silat tradisi
waktu baru masuk perguruan tersebut dianjurkan mandi dengan tujuh macam
limau/jeruk bahkan ada juga dengan 7 macam bunga. waktu mandinya ada yang sore
hari dan ada juga setelah jam 12.00 malam.
Seperti
yang berlaku pada perguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara
seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau
dikatakan bahwa saudara seperguruan itu saasok sakumayan (satu asap satu
kemenyan) atau sabatin artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku
hukum saling melindungi.
Prosesi
ini tidak sama tiap sasaran silek, ada pula guru yang tidak meminta
membawa apa-apa, sehingga tidak ada prosesi penerimaan murid seperti yang
diuraikan di atas, tapi kasus ini jarang terjadi, umumnya selalu ada prosesi
penerimaan murid apakah dalam bentuk sederhana bahkan sampai ada yang berbentuk
upacara adat.
Jadwal Latihan
Guru
menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan
waktu sepanjang guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari
setelah salat isya. Ada
sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu
dilarang oleh gurunya karena sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah
waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi.
Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12
malam sampai jam 4 pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
Pada
tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau),
malah sang guru yang biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta
muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak
sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.
Ada sasaran silek yang lebih
"privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling
muridnya cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini
langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru harus
memiliki stamina yang baik, karena harus ikut bermain dengan murid dari awal
sampai akhir.
Para murid biasanya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga
rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan. Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya
tidak ditentukan, murid sendirilah yang menentukan berapa nilainya.
Aliran
Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Peneliti Silat, Hiltrud Cordes pernah melakukan penelitian, mengatakan ada sepuluh aliran utama Silek Minangkabau, yakni:
* Silek Tuo (Silat Tua)
|
* Silek Harimau (Silat
Harimau)
|
* Silek Lintau (Silat Lintau)
|
* Silek Sitaralak (Silat
Sitaralak)
|
* Silek Pauah (Silat Pauh)
|
* Silek Sungai Patai
(Silat Sungai Patai)
|
* Silek Luncua (Silat Luncur)
|
* Silek Gulo-Gulo Tareh
(Silat Gulo-Gulo Tareh)
|
* Silek Baruah (Silat Baruh)
|
* Silek Kumango (Silat Kumango)
|
* Silek Ulu Ambek (Silat
Ulu Ambek)
|
Silek
Ulu Ambek menurut beliau tidak tergolong ke dalam aliran Silek karena lebih
menekankan kekuatan batin daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau,
Kumango, Luncua terkenal sampai ke Malaysia. Silek sitaralak (disebut
juga siterlak, terlak,
sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. Ada beberapa nama aliran
silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek Pangian (berkembang di Kabupaten Kuantan Singingi) dan Buah
Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit
dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang
menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan
bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo
adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang
melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan Silek Tuo (silat
paling tua) adalah kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam.
Gerakan
silek itu diambil dari berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya
Silek Harimau, Kucing
dan Silek Buayo (Buaya), namun di dalam perkembangan silek selanjutnya, ada
sasaran silek, umumnya silek yang berasal dari kalangan tarekat atau ulama
agama Islam menghilangkan unsur-unsur gerakan hewan di dalam gerakan silek
mereka karena dianggap bertentangan dengan unsur agama versi mereka.
Jika
dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola
yang dominan di dalam permainan mereka, yakni:
- bersilat dengan posisi berdiri tegak
- bersilat dengan posisi rendah
- bersilat dengan posisi merayap di tanah
- bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)
Posisi
permainan silat ini terjadi akibat kondisi lingkungan di mana silat itu
berkembang, pada daerah yang tidak datar dan licin, mereka lebih suka
menggunakan posisi rendah, sementara di daerah pantai yang berpasir, mereka
lebih suka bersilat dengan posisi berdiri. Meskipun demikian, bukan berarti di
daerah pesisir tidak mengenal permainan rendah.
Konsep
Alam takambang jadi guru adalah konsep universal dari budaya alam Minangkabau. Kata
"alam",
berasal dari bahasa Sanskerta artinya sama dengan lingkungan kehidupan atau
daerah.
Konsep ini juga diterjemahkan oleh para pendiri silat pada masa dahulunya
menjadi gerakan-gerakan silat. Antara silat dan produk budaya lain di
Minangkabau adalah satu kesatuan filosofis, jadi untuk menerangkan
silat, pepatah-pepatah yang biasa diucapkan dalam upacara adat bisa digunakan.
Setiap
nagari memiliki sasaran silek, ini adalah suatu keharusan, ibarat sebuah negara
yang tidak mungkin tidak memiliki angkatan perang. Konsep nagari itu sama
dengan konsep sebuah negara. Hubungan antara nagari dengan nagari sama halnya
dengan hubungan antar negara. Alam Minangkabau adalah kesatuan pengikat antar
nagari-nagari bahwa mereka merupakan satu konsep budaya. Secara budaya, yang
dinamakan masyarakat Minangkabau mengaku berasal dari Gunung Marapi, tepatnya
dari Nagari Pariangan, Sumatera Barat yakni suatu tempat yang disebut sebagai sawah
gadang satampang baniah (sawah luas, setampang benih). Dari nagari itulah benih
kebudayaan yang setampang digagas, disusun dan kemudian dikembangkan ke
wilayah sekitarnya (luhak
nan tiga). Oleh karena nagari di Minangkabau tidak obahnya seperti sebuah
republik mini, semuanya lengkap dari wilayah, aparat pemerintah, pertahanan
sampai penduduknya, maka hampir semua nagari memiliki sasaran silek, sehingga
variasi dari gerakan-gerakan silat tidak dapat dihindari sama sekali.
Variasi
dari gerakan silek terjadi karena:
- Rentang waktu yang sedemikan lama dari awal silek ini dirumuskan
- Pancarian surang-surang (penemuan baru oleh guru baik disengaja atau tidak)
- Perbedaan minat
- Hasil adu pandapek (hasil diskusi sesama pendekar)
- Pengaruh dari beladiri lain
Meskipun
demikian ada kesamaan konsep dari gerakan silat di Minangkabau. Oleh sebab itu
kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain
di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
1. Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)
Ciri
khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya
tegak atau berdiri, di mana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak
di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan
alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan
sebagai tegak alif, pitunggua adam, langkah muhammad.
Di dalam permainan silat, posisi berdiri adalah pelajaran pertama diberikan,
yang dinamakan sebagai bukak langkah (sikap pasang) seorang pemain silat
Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri runcing atau berdiri
serong) dengan posisinya selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat
harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.
Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan
Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan
- langkah tigo (langkah tiga, pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak Danin Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan langkah tiga, sehingga beliau menyebutnya sebagai Silek Langkah Tigo (silat langkah tiga).
- langkah ampek (langkah empat, pola langkah yang membentuk segiempat)
- langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)
2. Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)
Di
dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. Garak artinya
insting, kemampuan membaca sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa
merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Garik adalah
gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang
datang. Jika kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi
kurang pas, karena di dalam bahasa Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan
gerik adalah kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa
Minangkabau garak (gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan
garik (gerik) adalah gerakan yang dihasilkan (tindakan).
3. Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)
- Raso (Rasa)
Raso
atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang
tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan
kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya
berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu
dia dapat berhenti dengan mulus.
- Pareso (Periksa)
Pareso
adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam
pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam
berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan,
jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat,
karena akan silau oleh cahaya matahari.
Jadi
antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan
sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa
menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan
perasaan. Ada
pepatah yang mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di
baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah
kira-kira maksud dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.
4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)
Alam
fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya: mancari
nan baik manulak nan buruak (mencari hal-hal yang baik dan menolak hal-hal
yang buruk), manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas,
membersit dari bumi), tiok kunci ado pambukaknyo (tiap kunci ada
pembukanya) dan tiok kabek bisa diungkai (tiap ikatan bisa dilepas). Hal
yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap
kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat
yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja.
Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi
pada peniup saluang,
mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai lagu selesai.
5. Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)
Guru
silek mengatakan, jika tagang badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan
jika kandua manjelo (mengalun) itu artinya lemah. Adapun silek Minangkabau
tidaklah demikian, silat itu adalah kombinasi pas antara kelembutan dan
kekuatan, dia lembut tapi keras, dia keras tapi lembut. Mungkin istilah lentur
atau plastis bisa disamakan dengan pengertian ungkapan di atas. Di dalam
permainan silek, serangan lawan itu tidak ditangkis atau dihadang, namun
dipapah atau dibelokkan ke arah lain. Menangkis serangan lawan, seperti sepak
atau tinju akan membawa risiko memar atau cedera, namun jika serangan itu
dibelokkan, risiko cedera bisa dihindari dan lawan akan terdorong ke arah lain.
Prinsip ini mirip dengan prinsip yang digunakan oleh beladiri tai chi
chuan dari China.
Teknik ini juga digunakan pada olah raga seperti memantulkan atau "dribble"
bola basket atau teknik "setting"[ permainan bola voli.
6. Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan efektif)
Tubuh
manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh
manusia, jangan menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam
permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka permainan silek akan terlihat
indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan terjadi
apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai
dari ringan sampai patah. Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan
kaedah hukum alam sehingga menghasilkan gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk
beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat pada gerakan
silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.
Prinsip umum silat juga dijelaskan oleh Luke Holloway yang menyatakan bahwa
gerakan memukul yang diawali dengan ancang-ancang rileks, santai atau
tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan lebih keras daripada
pukulan yang diawali dengan ancang-ancang yang kaku.
Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh sendiri.
Perlengkapan Silek
1. Sasaran Silek (Tempat berlatih silat)
Sasaran Silek
adalah tempat latihan silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan
artinya dengan padepokan atau gelanggang. Tempat latihan ini ada yang sengaja
dibuat oleh guru dan para muridnya atau disediakan oleh nagari atau suku atau
kadangkala sasaran ini di mana saja, seperti di dapur, di bilik, di gudang dan
di tempat yang sepi yang jarang dilewati orang seperti di dangau, di ladang dan
di hutan.
2. Minyak Silek (Minyak silat)
Biasanya
di suatu perguruan silek memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan
pengobatan pada kasus terkilir selama latihan dan juga sekaligus simbol dari
warisan sah suatu perguruan. Minyak itu diwarisi secara turun temurun dari
generasi dahulu kepada generasi penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek.
Perguruan Silek Salimbado Buah Tarok, salah satu sasaran penerus dari silek
asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan masih memelihara tradisi Minyak Silek
yang diwariskan semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini merupakan
simbol dari perguruan tersebut. Anak sasian (murid) yang baru masuk akan
mengikuti tradisi mandi minyak tersebut. Tradisi yang sama terdapat di Malaysia dan
sepertinya mandi minyak ini masih terpelihara dengan baik.
Penggunaan minyak di dalam silat atau maenpo juga lazim terjadi di kalangan
pesilat di Cimande, Jawa Barat yang minyaknya dikenal dengan nama Minyak
Cimande.
Saat ini tidak semua sasaran silek di Minangkabau masih memelihara atau
memiliki tradisi mandi minyak.
3. Pakaian
Pakaian
yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam yang lebih terkenal dengan
sebutan endong atau galembong. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo
(tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk
silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor. Pakaian
silek tradisional pisak-nya sangat rendah sehingga
tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling
sampai alat vital lawan saja.
Tidak semua perguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dalam hal ini beliau mengatakan bahwa silek yang akan dipelajari bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari. Dan ada satu atribut silek Minang yang tidak boleh ketinggalan, yaitu kabek kapalo atau ikat kepala,menurut tuo-tuo silek Minang kalau basilek tidak memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau),dan memang sering kejadian dalam berlatih silat tidak menggunakan ikat kepala, suka ada kejadian-kejadian aneh dari lingkungan sekitar sasaran silek tersebut seperti atap yang dilempari batu atau pasir, jendela yang dibanting-bantingkan walaupun tidak ada angin, dan hal-hal aneh lainnya. Secara harfiah mungkin memakai ikat kepala sebagai bentuk penghormatan seorang anak sasian kepada yang menciptakan silat itu sendiri, kepada sang guru dan kepada partner latihannya.
Tidak semua perguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dalam hal ini beliau mengatakan bahwa silek yang akan dipelajari bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari. Dan ada satu atribut silek Minang yang tidak boleh ketinggalan, yaitu kabek kapalo atau ikat kepala,menurut tuo-tuo silek Minang kalau basilek tidak memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau),dan memang sering kejadian dalam berlatih silat tidak menggunakan ikat kepala, suka ada kejadian-kejadian aneh dari lingkungan sekitar sasaran silek tersebut seperti atap yang dilempari batu atau pasir, jendela yang dibanting-bantingkan walaupun tidak ada angin, dan hal-hal aneh lainnya. Secara harfiah mungkin memakai ikat kepala sebagai bentuk penghormatan seorang anak sasian kepada yang menciptakan silat itu sendiri, kepada sang guru dan kepada partner latihannya.
4. Senjata dan Pusaka Sasaran
Sasaran
silek yang baik dan bagus biasanya memiliki senjata yang lengkap serta memiliki
benda-benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Senjata-senjata yang
biasanya ada adalah Karih (Keris), tumbak lado (tombak cabe), kurambik (kerambit),
tumbak (tombak), ladiang (lading, golok), sabik (sabit), tungkek (tongkat), dan
pisau. Tumbak lado (tombak lada) merupakan senjata asli Minangkabau menurut
Draeger.
Wilayah Minangkabau pada kurun waktu 1600-an sangat terkenal dengan pembuatan
keris serta perlengkapan perang yang berkualitas bagus.
Keris misalnya yang umumnya kita tahu berasal dari Jawa, ternyata juga di
produksi di Minangkabau, yang dikatakan sebagai crizes atau keris yang
berasal dari Menancabo (Minangkabau).
5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat
Pemain
Silek pada masa dahulunya juga adalah seniman. Randai dan berbagai tari-tarian
adalah turunan dari silek yang merupakan kegiatan seni. Oleh sebab itu sasaran
silek juga memiliki perlengkapan musik yang mereka miliki adalah beraneka ragam
gandang (gendang), talempong, alat-alat musik tiup seperti saluang, bansi, sarunai, pupuik batang padi, dan
tangkolong, malahan juga ada
alat musik gesek yang dinamakan rabab (rebab). Di samping alat musik, sebagai komponen dari
nagari, mereka juga memiliki perlengkapan untuk upacara adat, seperti pakaian
adat dan carano. Tidak semua sasaran silek memiliki inventaris berharga ini
sekarang.
Saat
sekarang, setelah mendapat pembinaan dari IPSI, tiap sasaran telah memiliki
nama sendiri-sendiri, dan memiliki logo sasaran sendiri, namun itu tidak semua,
ada juga sasaran yang tidak memiliki nama dan atribut khusus.
Kurikulum
Kurikulum
di dalam silek Minangkabau itu terdiri dari
- Langkah : Langkah adalah konsep dan kunci utama dari permainan silek yang baik dan benar
- Buah : Teknik praktis dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
- Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa
- Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan. Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek adalah kombinasi antara langkah dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering tampil dalam acara ini sebagai penghormatan terhadap beliau.
1. Malangkah (Belajar Melangkah)
Melangkah
adalah pelajaran dasar dalam silek. Ada
beberapa gerakan dasar yang akan diajarkan, yakni
- gelek (gelek, dalam bahasa Inggris, twist): mengubah posisi tubuh menghadap kanan dan atau menghadap kiri tanpa mengubah posisi kaki atau tanpa melangkah). Dalam main berpasangan, kaki kiri di depan akan menghasilkan gelek dalam, sedangkan jika kaki kanan di depan akan menghasilkan gelek lua (luar).
- balabek (belebat?): merobah gerakan tangan sesuai langkah kaki. Balabek berfungsi sebagai pertahanan untuk tubuh bagian atas jika diserang. Biasanya tangan kanan dan tangan kiri bersilangan jika dihimpitkan. Cara memainkan balabek ini bervariasi tergantung aliran silatnya, salah satu silat di Koto Anau, Kabupaten Solok, memainkan balabek dengan cara mengepalkan tangan seperti petinju. Ada lagi balabek dengan kombinasi kepal di satu tangan dan sudu di tangan lain (lihat: sudu)
- langkah ka muko jo langkah suruik (langkah maju dan langkah mundur): langkah, mengubah posisi tubuh dengan memindahkan kaki
- langkah insuik (langkah ingsut) : melangkah dengan mengeser kaki ke depan atau ke belakang. Misalkan, kaki kanan digeser sedikit ke depan, kemudian diikuti dengan menggeser kaki kiri sedikit ke depan. Langkah insuik tidak perlu mengangkat kaki untuk berpindah, cukup digeser saja. Pola langkah ini berguna untuk memperbaiki posisi untuk bertahan ataupun menyerang. Biasanya teknik ini didapat begitu saja tanpa disadari oleh pesilat.
- tagak itiak (tegak itik) : berdiri seperti itik atau bebek dengan hanya menggunakan satu kaki
- babaliak (balik 180 derjat), balik ini bisa baliak suok (balik kanan) atau baliak kida (balik kiri)
- simpia (simpir, sapuan), serangan sapuan pada kaki.
- guntiang (Gunting), serangan guntingan pada kaki.
- tikam jajak (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan, ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut. Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.
Salah
satu Tuo Silek dari Pauah, Padang
pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek
lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek
(agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah
anak (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan
sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan
tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau
bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara
melangkah ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini
kepada muridnya.
Adapun
formasi dalam tahap ini adalah
- melingkar, biasanya berpasangan, biasanya sepasang dan membentuk lingkaran, lawan main diibaratkan bayangan cermin, mereka akan melangkah dan bergerak seperti kita namun dalam posisi berlawanan. Formasi lingkaran sering ditemui pada sasaran silek. Jika murid sasaran itu banyak, maka posisi melingkar ini akan membentuk lingkaran besar, jadi hampir semua murid baru bisa melakukannya dalam satu waktu.
- berdampingan, Salah seorang Tuo Silek dari Pauah, Padang menyebut gerakan ini sebagai arak kabau gadang, boleh jadi sasaran silek lain memiliki nama lain untuk formasi ini. Dua orang melangkah berdampingan kiri dan kanan sambil bersilat. Posisi ini tidak sering dimainkan. Guna posisi ini adalah untuk belajar menghadapi serangan dari samping kiri atau kanan. Biasanya gerakan ini diajarkan pada murid yang sudah mahir dalam melangkah dan dikombinasikan dengan tahap dua, maambiak buah (mengambil buah)
- lurus , dengan maksud mempelajari cara menghadapi serangan lawan dari depan dan atau belakang. Latihan untuk formasi lurus bisa dengan menggunakan sebilah papan disebut sebagai silek sabilah papan. Silek Biruang Agam sebagai contoh, menunjukkan pola permainan lurus dengan kombinasi lingkaran.
Kebanyakan
murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, karena sudah
berbulan belajar mereka merasa kok pelajarannya dari itu ke itu juga. Teknik
melangkah yang baik dan benar ini benar-benar penting bagi pemula. Jika
melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil
buah) atau mempelajari gerakan-gerakan praktis dalam bersilat, karena buah itu
baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar.
Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.
Meskipun tidak berlaku pada semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto (mantera), contohnya
- kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit/alaikum salam ibuku bumi/izinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
- doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri dari cedera atau menghilangkan energi negatif (dalam chi kung dikenal dengan istilah "chi kotor") yang mengganggu kita akibat bermain silat atau setelah bepergian. Adapun bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku/mandi tubuh serta nyawa/mandi ruh, serta insan/aku mandi di dalam kandungan kalimah...
Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.
Pelajaran
maambiak buah (mengambil buah) merupakan pengembangan dari prinsip
langkah tersebut. Dapat dikatakan, kunci dan salah satu ciri-ciri dari silek di
Minangkabau terletak dari gelek jo langkah (gelek dan langkah), dan
mereka berusaha konsisten dengan aturan langkah ini. Namun sayang, pada tahap
inilah murid-murid biasanya sudah berhenti karena bosan, atau jika mereka terus
ke tahap dua tanpa menguasai dengan baik prinsip langkah, hasilnya adalah murid
ini tidak bisa main dengan baik dan biasanya di dalam bahasa Minangkabau
dikatakan "langkahnyo indak bulek atau langkahnyo baserak-serak"
(langkahnya tidak utuh alias berserakan).
2. Maambiak Buah (Mengambil Buah)
Maambiak
buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang teknik-teknik praktis di
dalam bersilat atau buah silat, seperti tangkok (menangkap), ilak
(mengelak), mangguntiang (gerakan menggunting) piuah (piuh atau
pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang
(dorongan), enjo/egang/jujuik (tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci
(teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan dengan bantalan
telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai
goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo anggoto tubuah
iduik (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga dima
tumbuh disitu disiang (posisi bagaimanapun harus bisa digunakan semaksimal
mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak
buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari
sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan di mana titik lemah dari tubuh itu
sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau
didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah
alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk
patah mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk
piuh (pilin) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan
biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian
dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab
itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa
agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai
saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini
belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan
kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.
Secara
ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik
mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan di
bawah ini
- Teknik mempergunakan tangan
- cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
- cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
- cakiak (cekik) : target serangannya leher
- kalatiak (?) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
- kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
- siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
- rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
- doroang, tundo, tungak (dorong) : mendorong tubuh lawan
- daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
- sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati lawan, bentuk sudu ini seperti sendok datar. Sudu dan sendok artinya sama.
- piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
- sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota tubuh lawan
- pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target serangannya leher bagian belakang
- patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
- lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
- piciak (pijit) : teknik menjepit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Buah piciak dipergunakan untuk menyerang titik kelemahan atau pressure point yakni titik-titik tertentu pada tubuh jika dipijit atau ditekan akan menimbulkan rasa sakit dan gerakan sentak (gerak refleks) seperti kena setrum listrik. Contoh sasaran adalah wilayah dekat lipatan siku tangan atau kaki, bawah ketiak, sekitar pergelangan tangan, selaput antara ibu jari dan telunjuk. Seni ini telah dikenal oleh bangsa Jepang dengan nama kyusho. Korea dan China juga memiliki pengetahuan tentang ini, serta berbagai bangsa lain di muka bumi selama beratus-ratus tahun yang lampau. Meskipun di Minangkabau teknik ini tidak terdokumentasi selengkap di Jepang atau Korea, teknik ini dikenal baik oleh para pendekar dan sangat bermanfaat jika menghadapi lawan yang memiliki tenaga kuat. Titik kelemahan ini tidak saja diserang dengan teknik piciak, tapi bisa dengan cucuak (tusukan satu jari) atau sudu (sodok).
- Teknik mempergunakan kaki
- sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
- hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
- tundo jo lutuik (dorong dengan lutut) : lutut bisa digunakan untuk mendorong kaki lawan agar dia jatuh
- sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
- dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf T
- injak (injak): menginjak kaki lawan
- hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan memakai tumit.
- Teknik dengan menggunakan bagian tubuh lain
- sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
- gigik (menggigit lawan) : gigitan di mana saja yang didapatkan pada tubuh lawan
- goyang ikua (goyangan pinggul) : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepak bola untuk menjatuhkan lawannya
- Teknik kombinasi
- mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
- mangabek atau mangunci (kuncian) : Istilah lain yang biasa digunakan oleh praktisi silek adalah santuang atau kungkuang (kungkung) untuk teknik mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki.
- mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.
Tujuan
dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang
dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak
boleh digunakan di dalam pertandingan silat, karena berbahaya dan mencelakakan
lawan tanding.
Pada
tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto
(mantera) oleh guru, misalnya mantera yang dipakai untuk menyambut atau untuk
menyerang lawan, bisa juga mantera untuk membuat tubuh kita kelihatan lebih
besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran
silek punya manto atau doa tersendiri. Ada
sasaran silek yang hanya memakai doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran,
namun kebanyakan mantra berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan
Minangkabau. Campuran mantera antara bahasa Minang dan bahasa Arab menandakan
pengaruh Islam di dalam silat di Minangkabau.
3. Maambiak Isi (Mengambil Isi atau Mengambil Inti)
Bagian
maambiak isi (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti
(mengambil inti) adalah bagian yang paling sensitif untuk dibicarakan
bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak
belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu
pemahaman atau konsep.
- Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)
Istilah
biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang
materi maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara
guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam
bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru
mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat
tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan
sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang
akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.
- Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)
Materi
atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan
sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat
perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu, dalam tahap tertentu,
membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain
sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya
dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang
yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.
Salah
satu dari materi pengajian ini adalah mangaji asa (mempelajari asal
usul). Kita harus mengetahui asal usul diri. Dalam salah satu sasaran
mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya
ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah
(berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan sekalian isi alam.
Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat keonaran
dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari
syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk di bawah
kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat
meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda
tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi,
air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi benda tajam itu
tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian
ini, segala sesuatu yang datang kepada pesilat, maka dia berupaya mangumbalikan
ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiannya) semua serangan yang
datang kepada dirinya. Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak celaka
jika terkena senjata tajam.. Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi,
aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku
kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi (Hai sekalian besi, aku tahu
asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau
ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).
Istilah
basi karasani (Besi Kersani) sering muncul di dalam materi kajian
bilik dalam. Basi karasani di dalam kaji isi dianggap sebagai unsur inti besi
pada manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Di dalam manto (mantera)
diucapkan begini ".... mandanciang basi karasani di dalam batang tubuah
aku dek aku mangatahui.." (berdenging besi kersani di dalam batang
tubuh aku karena aku mengetahui). Membangkit basi karasani ini juga termasuk
materi yang diberikan buat pesilat yang berminat. Efek dari bangkitnya basi
karasani ini adalah tubuh menjadi kuat dan tahan dari berbagai serangan lawan.
Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi
ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat
sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat,
bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan
perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.
Materi
maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jika si murid hanya
menyukai gerakan fisik saja untuk olah raga atau beladiri. Adakalanya si murid
tidak berminat mengambil materi ini karena tidak ingin terlalu dalam
berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang
disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak
kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis murid karena bisa
menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan memberikan materi ini kepada
murid dengan alasan belum cukup umur atau akibat perilaku kurang baik yang
diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru silek.
4. Ujian
Secara
tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan
gerakan-gerakan dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana
keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk manyambuik (menyambut)
serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan
kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan
diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar
mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa menggunakan
gerakan-gerakan dasar silat dengan tepat dan benar.
Kemahiran
bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
- Bersilat di tempat lapang
- Bersilat di tempat sempit
- Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
- Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
- Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
- Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
- Bersilat dengan harimau (ujian terakhir pada beberapa sasaran silek)
Sebagian
para Tuo Silek mempercayai bahwa silek ini dahulunya milik inyiak balang
(harimau), setiap kali silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, konon
harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu
bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di
tempat yang tertutup jika dilakukan di malam hari. Ujian terakhir dilakukan
dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan
ini tidak dianut oleh semua guru. Ada
juga sasaran yang mengajarkan silek biasa dan silek harimau untuk tingkat
lanjutan, setelah selesai dengan silek biasa yang dilakukan pada malam hari,
mereka akan mengambil langkah silek harimau pada siang hari, bukan malam hari.
Sistem
sabuk diperkenalkan pada sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan
Pencak Silat Indonesia (IPSI)
kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk.
Warna dari sabuk itu sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam,
diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional
tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran murid
di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi
tangan kanan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.
5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)
Umumnya
sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang
dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru
memberikan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada
yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu
hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasihat saja dari guru.
Ada sasaran silek yang melakukan badah
ayam (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut
diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau
mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada
lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto
(mantera). Gayuang (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung atau
bagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini
hanya boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya
mempertahankan hidup. Gayuang ini bisa berakibat fatal bagi lawan jika tidak
segera diobati. Biasanya pamunah gayuang (pemusnah gayung) diberikan
kepada murid yang berguna untuk menghilangkan efek dari gayuang tersebut
jika lawan sudah minta ampun dan menyerah.
Namun
hal yang pasti dari seseorang mendapatkan kato kaputusan (kata putus
atau tamat) ini adalah dia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran
silek lain di bawah restu guru, artinya dia dianggap resmi sebagai guru
baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.
Sumber :
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.